RPP BAB II ILMU TAFSIR KELAS XII

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama satuan pendidikan : MA ATTHAHIRIYAH LAPEO

Mata pelajaran                   :  ILMU TAFSIR

Kelas/semester                   : XII/I

Materi pokok                      :Pembinaan Pribadi Dan Keluarga, Serta Pembinaan Masyarakat Secara Umum

Alokasi waktu                      : 6 JP (6×45 menit)

 

  1. Tujuan Pembelajaran
  2. Siswa dapat memahami kandungan Al-Qur’an tentang kemauan dan kemampuan membina diri pribadi dan keluarga dalam surah QS an-Nisa’ : 9, QS al-Baqarah : 44-45)
  3. Siswa dapat Memiliki kemauan dan kemampuan membina masyarakat dan sikap sebagai da’i (QS al-Baqarah: 177)
  4. Siswa dapat menerapkan pembinaan diri, keluarga dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

 

  1. Kompetensi Dasar

3.2. Memahami pengertian ilmu tafsir,tafsir, takwil dan terjamah Al-Qur`an.

4.2. Menunjukkan contoh ilmu tafsir, tafsir, takwildan tarjamah  Al-Qur`an.

 

Indikator Pencapaian Kompetensi :

  • Siswa Memahami kandungan Al-Qur’an tentang kemauan dan kemampuan membina diri pribadi dan keluarga dalam surah QS an-Nisa’ : 9, QS al-Baqarah : 44-45)
  • Memiliki kemauan dan kemampuan membina masyarakat dan sikap sebagai da’i (QS al-Baqarah: 177)
  • Menerapkan pembinaan diri, keluarga dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

 

 

  1. Materi Pembelajaran

 

  1. Ayo MembacaQS An Nisa’ (4) : 9

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا

 

  1. Ayo mengartikan beberapa mufradāt penting dari QS An Nisa’ (4) : 9

ذرّيّة                         =          anak-anak

سديدا                     =          benar

 

 

  1. Ayo Memaknai Mufradāt Penting

Kata (#´‰ƒÏ‰y™) terdiri dan huruf sin dan dal yang menurut pakar bahasa Ibn Faris menunjuk kepada makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya. la juga berarti istiqamah/ konsistensi. Kata ini juga digunakan untuk menunjuk kepada sasaran. Seorang yang menyampaikan sesuatu/ucapan yang benar dan mengena tepat pada sasarannya, dilukiskan dengan kata ini. Dengan demikian kata

  1. Ayo menerjemahkan QS An Nisa’ (4) : 9

“ dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”

 

  1. Ayo MemahamiQS An Nisa’ (4) : 9
  1. Kandungan Ayat

Menurut Tafsir Departemen Agama Indonesia, ayat ini  berkaitan dengan penringatan Allah kepada orang-orang yang telah mendekati akhir hayatnya supaya mereka memikirkan, janganlah meninggalkan anak-anak atau keluarga yang lemah terutama tentang kesejahteraan hidup mereka di kemudian hari. Untuk itu selalulah bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Selalulah berkata lemah lembut terutama kepada anak yatim yang menjadi tanggung jawab mereka. Perlakukanlah mereka seperti memperlakukan anak kandung sendiri.

Ayat ini menurut Ibnu Katsir ditujukan kepada mereka yang menjadi wali anak-anak yatim, agar memperlakukan anak-anak yatim itu, seperti perlakuan yang mereka harapkan kepada anak-anaknya yang lemah bila kelak para wali itu meninggal dunia sekaligus ancaman kepada mereka yang menggunakan harta anak yatim secara aniaya.

Dalam konteks ayat di atas keadaan sebagai anak-anak yatim pada hakikatnya berbeda dengan anak-anak kandung, dan ini menjadikan mereka lebih peka, sehingga membutuhkan perlakuan yang lebih hati-hati dan kalimat-kalimat yang lebih terpilih, bukan saja yang kandungannya benar, tetapi juga yang tepat. Sehingga kalau memberi informasi atau menegur, jangan sampai menimbulkan kekeruhan dalam hati mereka, tetapi teguran yang disampaikan hendaknya meluruskan kesalahan sekaligus membina mereka.

Rasulullah saw., yang dulu juga pernah menjadi anak yatim, sangat menyayangi anak yatim. Orang-orang yang mengasihi dan merawat anak yatim memiliki kedudukan yang istimewa. Bagi orang yang diserahkan tanggung jawab kepadanya untuk memelihara anak yatim beserta harta peninggalan yang mereka warisi, maka wajib bagi orang itu untuk merawat mereka dengan baik dan memanfaatkan harta tersebut bagi sebaik-baik kepentingan mereka. Haram bagi orang itu untuk menggunakan harta anak yatim yang berada di bawah tanggungan mereka, kecuali secukupnya untuk bertahan hidup, ketika benar-benar dalam keadaan tidak mampu. (QS. An Nisa (4) : 2).

 

  1. Ananda sekalian, mari kita membaca QS Al Baqarah (2) : 44-45 berulang-ulang secara tartil dan bersama-sama hingga lancar dan setengah hafal!

 

  1. Ayo membaca QS Al Baqarah (2) : 44-45 berikut dengan tartil

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٤٤)وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)

  1. Ayo mengartikan beberapa mufradāt penting dari Qs Al Baqarah (2) : 44-45

تَتْلُونَ                  : kamu membaca

اسْتَعِينُوا    : Jadikanlah penolongmu

  1. Ayo Memaknai Mufradāt Penting

Kata (ŽÉ9ø9#$ ) al birr berarti kebajikan dalam segala hal, baik dalam hal keduniaan atau akhirat, maupun interaksi. Sementara ulama menyatakan bahwa al-birr mencakup tiga hal; kebajikan dalam beribadah kepada Allah swt., kebajikan dalam melayani keluarga dan kebajikan dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Demikian Thahir Ibn ‘Asyur. Apa yang dikemukakan itu belum mencakup semua kebajikan, karena agama menganjurkan hubungan yang serasi dengan Allah, sesama manusia, lingkungan serta diri sendiri. Segala sesuatu yang menghasilkan keserasian dalam keempat unsur tersebut adalah kebajikan.

Kata (Nä3|¡àÿRr&) anfusakum adalah bentuk jamak dari kata nafs. la mempunyai banyak arti, antara lain totalitas diri manusia, sisi dalam manusia, atau jiwanya. Yang dimaksud di sini adalah diri manusia sendiri.

Kata (Žö9¢Á9#u$) sabar artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Imam Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati melaksanakan tuntunan agama menghadapi rayuan nafsu.

Kata (o4qn=¢Á9$#u) dari segi bahasa adalah doa, dan dari segi pengertian syariat Islam ia adalah “ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.” Shalat juga mengandung pujian kepada Allah atas limpahan karunianya, mengingat Allah, dan mengingat karunia-Nya mengantar seseorang terdorong untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya serta mengantarnya tabah menerima cobaan atau tugas yang berat. Demikian, shalat membantu manusia menghadapi segala tugas dan bahkan petaka.

Kata (ìϱ»sƒ  )Khusyu’ adalah ketenangan hati dan keengganannya mengarah kepada kedurhakaan. Yang dimaksud dengan orang-orang yang khusyuk oleh ayat ini adalah mereka yang menekan kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya menerima dan merasa tenang menghadapi ketentuan Allah serta selalu mengharapkan kesudahan yang baik.

 

  1. Ayo Tarjamahkan QS Al Baqarah (2) : 44-45
  2. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? 45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.
  3. Ayo MemahamiQS Al Baqarah (2) : 44-45
  1. Kandungan QS Al Baqarah (2) : 44-45

Ayat 44 surat Al Baqarah mengandung kecaman kepada setiap penganjur agama yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang dianjurkannya. Ada dua hal yang disebut oleh ayat ini yang seharusnya menghalangi pemuka-pemuka agama itu melupakan diri mereka. Pertama, bahwa mereka menyuruh orang lain berbuat baik. Seorang yang memerintahkan sesuatu pastilah dia mengingatnya. Kedua, mereka membaca kitab suci. Bacaan tersebut seharusnya mengingatkan mereka. Tetapi ternyata keduanya tidak mereka hiraukan sehingga sungguh wajar mereka dikecam.

Memang, mengerjakan kebajikan tidak semudah mengucapkannya, menghindari larangan pun banyak hambatannya, karena itu lanjutan ayat tersebut menuntun dan menuntut bukan saja para pemuka agama yahudi tetapi seluruh manusia agar membekali diri kesabaran dan doa.

Ayat di atas dapat bermakna: mintalah pertolongan kepada Allah dengan jalan tabah dan sabar menghadapi segala tantangan serta dengan melaksanakan shalat. Bisa juga bermakna, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kamu, dalam arti jadikanlah ketabahan menghadapi segala tantangan bersama dengan shalat, yakni doa dan permohonan kepada Allah sebagai sarana untuk meraih segala macam kebajikan.

  1. Sabar

Secara umum kesabaran dapat dibagi dalam dua bagian pokok: Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang mengakibatkan keletihan atau sabar dalam peperangan membela kebenaran. Termasuk pula dalam katagon ini, sabar dalam menrima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya. Kedua, adalah sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan, seperti sabar menahan amarah, atau menahan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya.

 

  1. Salat

Pelaku khusyu’bukanlah orang yang terperdaya oleh rayuan nafsu. la adalah yang mempersiapkan dirinya untuk menerima dan mengamalkan kebajikan. Orang-orang khusyuk yang dimaksud oleh ayat ini adalah mereka yang takut lagi mengarahkan pandangannya kepada kesudahan segala sesuatu sehingga dengan demikian mudah baginya meminta bantuan sabar yang membutuhkan penekanan gejolak nafsu dan mudah juga baginya melaksanakan shalat kendati kewajiban ini mengharuskan disiplin waktu, serta kesucian jasmani padahal ketika itu boleh jadi ia sedang disibukkan oleh aktivitas yang menghasilkan harta atau kelezatan.

 

 

  1. Ayo membacaQS Al Baqarah (2) : 177 berikut dengan tartil

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (١٧٧)

 

  1. Ayo mengartikan beberapa mufradāt penting dari QS Al Baqarah (2) : 177

Petunjuk:perhatikan arti per lafal atau kalimat di bawah ini dengan baik untuk menambah wawasan ananda sekalian;

البرّ              : kebaikan

الرّقاب       : hamba sahaya

ابن سبيل   : musafir

  1. Ayo Memaknai Mufradāt Penting

Kata (البرّ) al-birr pada mulanya berarti keluasan dalam kebajikan. Dari akar kata yang sama, daratan dinamai al-barr karena luasnya. Kebajikan mencakup segala bidang termasuk keyakinan yang benar, niat yang tulus, kegiatan berdakwah serta tentu saja termasuk menginfakkan harta di jalan Allah SWT. Nabi saw melawankan kata ­al-birr dosa. ­Al-birr adalah segala yang menentramkan jiwa dan menenangkan hati pelakunya dan begitu sebaliknya.

Kata (الرّقاب) al-riqâb adalah bentuk jamak dari kata (رقبة) raqabah yang pada mulanya berarti “leher”. Makna ini berkembang sehingga bermakna hamba sahaya”, karena tidak jarang hamba sahaya berasal dari tawanan perang yang saat ditawan, tangan mereka dibelenggu dengan mengikatnya ke leher mereka. Dalam konteks ayat ini, bermakna memerdekakan atau membebaskan perbudakan.

Kata (ابن سبيل) ibnu sabîl yang secara harfiah berarti anak jalanan. Maka para ulama dahulu memahami dalam arti siapapun yang kehabisan bekal, dan dia sedang dalam perjalanan.

 

  1. Ayo menerjamah QS Al Baqarah (2) : 177

“ bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”

 

  1. Ayo memahami

Kebajikan itu bukanlah masalah kiblat, bukan masalah arah ke mana menghadap, sekalipun itu merupakan syarat rukun di dalam salat, akan tetapi hal itu bukanlah merupakan kebajikan         itu sendiri. Di situ ada makna simbolik sebagai suatu per­lambang, dan itu tidak akan berfungsi pada kita bila tidak paham akan maknanya.

Dengan beriman kepada Allah, sebagaimana ayat di atas, maka berarti kita menyadari tentang adanya asal dan tujuan hidup. Bahwa hidup kita berasal dari Allah swt dan akan kembali kepada-Nya. Kalau kita menyadari hal itu, maka kita menyadari bahwa hidup harus ditempuh dengan penuh kesungguhan, penuh tanggung jawab, sebab hidup ini tidak hanya ada asal dan tujuannya. Beriman kepada hari kemudian merupakan penegasan tentang tujuan hidup ini, dimana ada pertanggungjawaban, dan bersifat pribadi, tidak ada pertang­gungjawaban kolektif. Allah berfirman dalam al-Qur’an yang melu­kiskan bagaimana kita di akhirat.

Kita percaya kepada para Malaikat, bahwa hidup di dunia ini tidak hanya dalam lingkungan makhluk-makhluk lahiri, tetapi juga makhluk-makhluk yang disebut ghaib termasuk Malaikat. Kemudian kita percaya kepada kitab-kitab suci, karena dengan kitab suci kita mengetahui rincian lebih lanjut bagaimana caranya hidup yang benar di muka bumi.

Dan percaya kepada para Nabi, sebab para Nabi itulah yang membawa kitab-kitab suci, terutama kalau mereka ditugasi juga untuk menyampaikan kepada orang lain sehingga martabatnya naik dari Nabi menjadi Rasul. Nabi itu artinya orang yang mendapat berita, dalam bahasa Arab salah satu perkataan untuk berita adalah naba’un. Maka Nabi, maksudnya ialah orang yang mendapat berita dari alam ghaib untuk disampaikan kepada sesama manusia.

Semua itu adalah keimanan-keimanan yang vertikal, tetapi kemudian harus diteruskan dengan aspek horizontal dalam kegiatan sehari-hari. Dan kebajikan sebagaimana disebut dalam surat Al Baqarah ayat 177 di atas ialah orang yang mendermakan hartanya ­sekalipun dia cinta sekali kepada harta itu-untuk kerabat kaum keluarga yang memerlukan, untuk anak-anak yatim, untuk orang-­orang miskin, untuk mereka yang terlantar dalam perjalanan, untuk mereka yang meminta-minta dengan kesungguhan, dan untuk membebaskan budak.

Dua dimensi dari kehidupan adalah vertikal dan horizontal, yaitu وَأَقَامَ الصَّلاةَ, menegakkan salat sebagai komunikasi dengan Tuhan dan آتَى الزَّكَاةَ, mendermakan zakat sebagai komunikasi dengan sesama manusia dalam semangat perikemanusiaan. Ini sudah dilambangkan dalam salat itu sendiri, dimulai dengan takbir al-ihram, di mana seluruh kegiatan yang bersifat transaksi, asosiasi dan tolong-menolong itu haram. Kita harus memusatkan perhatian kepada Allah. Namun salat itu harus diakhiri dengan salam dan menengok ke kanan dan kiri. Ini peringatan bahwa kalau memang mempunyai hubungan baik dengan Allah, maka kita harus mempunyai hubungan baik dengan sesama manusia bahkan sesama makhluk. Dan itu yang diwujudkan dalam ibadah zakat.

Bentuk kebajikan selanjutnya adalah وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا, yaitu orang-orang yang menepati janji apabila mereka mem­buat janji. Orang-orang yang bisa dipercaya, orang-orang yang amanah, atau orang-orang yang tidak menyalahi janjinya sendiri. Amanah adalah salah satu sifat Rasul, sementara Rasul adalah uswatun hasanah, atau contoh yang baik. Salah satu yang harus kita contoh ialah sifat amanah.

Jabaran kebajikan berikutnya adalah وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ yakni tabah rnenghadapi segala persoalan hidup atau sabar tidak mudah putus asa. Inilah yang juga merupakan syarat atau pra kondisi bagi kemenangan suatu kelompok dalam perjuangannya.

Jika nilai-nilai itu bisa disebut sebagai manifestasi taqwa, maka taqwa sendiri, dalam maknanya yang serba meliputi dan bulat, hanya dapat dipahami sebagai “kesadaran ketuhanan”, yaitu kesa­daran tentang adanya Tuhan Yang Mahahadir dalam hidup kita. Kesadaran seperti itu mem­buat kita mengetahui dan meyakini bahwa dalam hidup ini tidak ada jalan menghindar dari Tuhan dan penga­wasan-Nya terhadap tingkah laku kita. Dengan kata-kata lain, kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup ini mendorong kita untuk menempuh hidup mengikuti garis­-garis yang diridlai-Nya, sesuai dengan ketentuan-Nya. Maka kesadaran itu memperkuat kecenderungan alami (fithrah) kita untuk berbuat baik (hanifiyyah), se­bagaimana hal itu disuarakan dengan lembut oleh hati nurani (nurani, bersifat cahaya) atau kalbu kita. Kemu­dian, dorongan batin itu, pada gilirannya, mewujud-nyata dalam rincian nilai-nilai yang disebutkan dalam firman Ilahi di atas itu.

Taqwa dalam pengertian mendasar demikian, adalah sejajar dengan pengertian rabbaniyah (semangat ketuhanan) dalam firman yang lain, yang menuturkan salah satu tujuan pokok diutusnya seorang nabi atau rasul kepada umat manusia. Kata-kata rabbaniyah meliputi “sikap-sikap pribadi yang secara bersungguh-sungguh berusaha memahami Tuhan dan mentaati-Nya”, sehingga dengan sendirinya ia mencakup pula kesadaran akhlaki manusia dalam kiprah hidupnya di dunia ini. oleh karena itu, terdapat korelasi langsung antara taqwa dan akhlak atau budi luhur, sedemikian rupa sehingga Nabi menegaskan bahwa “Yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga ialah taqwa kepada Allah dan budi luhur.” Sedangkan menyempurnakan budi luhur itu, sebagaimana ditegaskan Nabi sendiri, adalah tujuan akhir kerasulan beliau.

 

 

  1. Metode Pembelajaran

Tanya jawab, diskusi informasi, penugasan, dan ceramah

 

  1. Media Pembelajaran

Whiteboard

 

  1. Sumber Belajar

Buku Ilmu Tafsir kelas XII

 

 

  1. Langkah-langkah Pembelajaran

 

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU
Pendahuluan 1.     Guru menyampaikan salam

2.     Guru mengecek kehadiran siswa, dan menanyakan keadaan siswa

3.     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

 

10 menit
Inti ·       Merenung

Siswa mendengarkan pemaparan dari Guru menyangkut materi kemudian merenungkannya

·       Mengamati

Siswa mengamati gambar yang berkaitan dengan tema, kemudian memberikan penjelasan

·      Menanya

Setelah siswa merenung dan mengamati, guru memberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan yang berkaitan dengan tema

·      Memahami

Siswa mencoba memahami dengan membaca seksama materi yang akan dijarkan

·       Berdiskusi

Setelah diberikan kesempatan membaca, siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian berdiskusi

 

115 menit
Penutup 1.      Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran

Menutup pembelajaran dengan membacakan hamdallah

10 menit

 

 

 

 

  1. Penilaian Hasil Pembelajaran

 

  1. Teknik dan Bentuk Instrumen
Teknik Bentuk
Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik
Tes Tertulis Tes Uraian

 

  1. Contoh Instrumen Penilaian
    1. Pengamatan Sikap

Lembar Pengamatan Sikap

No. Nama Siswa Religius Jujur Tanggung jawab Santun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.                                  
2.                                  
3.                                  
….                                  

 

Rubrik penilaian sikap

Rubrik Skor
sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh  dalam melakukan kegiatan 1

 

menunjukkan sudah ada  usaha sungguh-sungguh  dalam melakukan kegiatan tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten 2
menunjukkan ada  usaha sungguh-sungguh  dalam melakukan kegiatan yang  cukup sering dan mulai ajeg/konsisten 3
menunjukkan adanya  usaha sungguh-sungguh  dalam melakukan kegiatan secara terus-menerus dan ajeg/konsisten 4

 

  1. Penilaian Pengetahuan: Tes Tertulis

Teknik : Esay

Instrumen :

  1. Tulis redaksi dan terjemah Qs an-Nisaa’: 9

 

  1. Jelaskan maksud dari pembinaan pribadi, keluarga dan masarakat secara singkat

 

  1. Penilaian Keterampilan

 

  • PMTT (Penugasan Mandiri Tidak Tersetruktur):

Siswa akan membuat kliping gambar tentang kemampuan membina diri pribadi dan keluarga dan masarakat !  kertas A4 tiap siswa 1 lembar dijilid dengan tugas teman sekelas. (urut no.absen)

 

 

 

Mengetahui

Kepala Sekolah

 

 

ABDUL RAHMAN, A.Ma

 

  Lapeo,   2017

 

Guru Mata Pelajaran

 

 

Muhdar, S.Ag

 

 

 

Tinggalkan komentar